Perempuan yang satu ini termasuk salah seorang perempuan tangguh di Lumajang. Selain ototnya kuat, otaknya juga encer. Buktinya, puluhan penghargaan tingkat nasional dan internasional di cabang taekwondo diraihnya. Meski kini jadi dokter muda, dia tak mau meninggalkan aktifitas sebagai atlit taekwondo.
Puluhan piala dan penghargaan itu tertata rapi di rumah di Desa Grati Kecamatan Sumbersuko Lumajang. Sepintas, tak ada yang menyangka jika pendekar taekwondo asal Lumajang ini juga berprofesi juga seorang calon dokter.
Puluhan trofi dari tingkat regional, nasional hingga internasional telah diraihnya. Bahkan, Ika, menjadi andalan taekwondo Indonesia untuk kelas Fin Senior (47 kg) putri. Ketika Junior di kelas Bantam (45-46 kg) Gadis asal Desa Grati Kecamatan Sumbersuko Lumajang itu mengaku tidak akan meninggalkan sepenuhnya dari dunia adu otot tersebut.
"Sampai saat ini saya masih aktif di taekwondo, ''katanya. Hanya saja, dia tidak bisa aktif seperti masih jadi atlet taekwondo andalan Indonesia. Sebab, dia harus menjadi dokter di rumah sakit di Banyumas di Jawa Tengah (Jateng). Usai lulus dari kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Jokjakarta, dia mengabdikan diri di rumah sakit Banyumas.
Ika mengaku mengenal taekwondo ketika masih berada di bangku kelas 2 SMP 3 Lumajang. Dia mengenal taekwondo dari teman-temannya yang juga banyak yang aktif di taekwondo. Sayangnya, ketika hendak ikut taekwondo dia di larang ibunya, Musrifah. Ibunya menganggap taekwonodo hanya tepat untuk anak laki-laki saja.
Gara-gara larangan itu, akhirnya gadis kelahiran 3 Juli 1984 itu sempat aktif di ektrakulikuler menari di SMP 3 Lumajang. Karena didorong keinginan kuat, diam-diam tetap ikut taekwondo. " Saya takut di marahai Ibu sehingga saya tidak bilang ikut taekwondo," terangnya.
Ika mengaku harus pintar-pintar bagi waktu untuk berlatih taekwondo. Selain ikut tari, sepulang sekolah dia juga punya kewajiban menjaga toko kelontong di rumahnya. Sedangkan ibunya bekerja menjaga penimbangan gabah. Lama-lama aktifitasnya diketahui ibunya juga.
Namun, ibunya tidak marah. Sebab, Ika tetap bisa mengatur kegiatan belajar di sekolah dan ikut membantu menjaga toko. Karena tidak marah, akhirnya Ika lebih mendalami menggeluti taekwondo. "Mengetahui ibu tidak marah saya kian semangat berlatih," ujarnya.
Kemudian Ika ikut aktif berlatih di Klub Bhayangkara yang dipinpin Muhammad Yusuf yang kini mnjadi ketua Koni Lumajang. Dari klub tersebut, kemampuan Ika terasah. Kemudian dia diikutkan dalam beberapa kejuaraan nasional junior di Surabaya.
Kali pertama ikut, tidak mendapatkan medali Ika mengaku sempat menangis. "Ketika lihat ada yang dapat medali emas saya menangis. Saya juga ingin mndapatkan medali serupa.," terangnya. Karena itu, dia kian giat berlatih. Tahun 1999 Ika ikut pra PON namun kalah dengan seniornya.
Nah, ketika masih di klub Bhayangkara, bakat Ika tercium dari Jakarta. Kemudian Ika bersama Neta dan Agung mendapatkan tawaran untuk masuk SMA atlit di Ragunan Jakarta. Tapi, ketiganya harus menjalani seleksi bersama atlit lain di Indonesia. Beberapa hari, ketiganya menjalani seleksi kamp di Semarang.
Dalam seleksi itu, Ika bersama Neta dan Agung masuk Sekolah Ragunan. Selama sekolah di Ragunan, Ika mengaku sempat mewakili Jatim dalam PON, namun belum menyumbangkan mendali. Meski gagal terus, Ika tidak patah semangat,. Di tetap berlatih semangat di Ragunan.
Didukung iklim berlatih ketat di Ragunan, bakat Ika benar-benar muncul. Dalam kejuaraan taekwondo junior di Irlandia 2000 Ika berhasil menyumbagkan emas bagi kontingen Indonesia. '' Saya bersyukur sekali kerja keras saya akhirnya membuahkan hasil," ujarnya. Dia mengucapkan terima kasih seklai kepada orang-orang yang selalu memberikan motivasi. Salah satunya Muhammad Yusuf.
Tak hanya sukses di taekwondo, di sekolah Ika juga berhasil mendapatkan prestasi terbaik. Dia memngaku dorongan kedua orang tuanya banyak memompa semangat untuk selalu istiqomah dalam belajar di sekolah dan sebagai atlit. ''Sekolah di Ragunan sangat ketat," terangnya.
Selama di Ragunan sambungnya, dia berhasil mendapatkan banyak medali d tingkat nasional sampai internasional. Antara lain, Medali emas dalam world junior taekwondo championship III, Killarney, Ireland tahun 2000. Juara 3 taekwondo Korea Open, Chun Chon, Korea 2001. Juara 3 international taekwondo Korea Festival, Chung Cheong, Korea 2001.
Selain itu, juara 2 Korea Festival, Chung Cheong, Korea 2002. Masuk tim taekwondo Asia Championship XV Amman, Jordania 2002, World Championship XV, Jeju, Korea 2001, tim taekwondo SEA GAMES XXI Kualalumpur, Malaysia 2001. Tim taekwondo Korea Open III, Chun Chon, Korea, hingga tim taekwondo ASIAN GAMES XIV Busan 2002. Sedangkan banyak medali tingkat nasional yang berhasil diraihnya.
Usai lulus dari SMA Ragunan, dara pecinta film korea itu melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran di UGM Jogjakarta. Meski kuliah di kedokteran,Ika tetap melajutkan aktifitas di taekwondo. Selama kuliah berbagai trofi diraihnya. Selain mewakili Jatim juga mewakil UGM.
Setelah beberapa tahun kuliah di kedokteran, Ika berhasil lulus jadi sarjana kedokteran.. Kini, Ika menjadi dokter muda di Rumah Sakit Banyumas. Dalam beberapa tahun lagi, dia akan menjadi dokter. Selanjutnya, dia bertekad ingin menjadi dokter spesialis kandungan.
"Saya bercita-cita jadi dokter ahli kandungan," terangnya. Meski jadi dokter dia tetap tak ingin meninggalkan aktifitas di taekwondo. Hanya saja, aktifitas taekwondonya tidak bisa dilakukan secara total seperti sebelumnya. Sebagai dokter, dia akan banyak dibutuhkan masyarakat. (jp)
Written by Abdullah
Puluhan piala dan penghargaan itu tertata rapi di rumah di Desa Grati Kecamatan Sumbersuko Lumajang. Sepintas, tak ada yang menyangka jika pendekar taekwondo asal Lumajang ini juga berprofesi juga seorang calon dokter.
Puluhan trofi dari tingkat regional, nasional hingga internasional telah diraihnya. Bahkan, Ika, menjadi andalan taekwondo Indonesia untuk kelas Fin Senior (47 kg) putri. Ketika Junior di kelas Bantam (45-46 kg) Gadis asal Desa Grati Kecamatan Sumbersuko Lumajang itu mengaku tidak akan meninggalkan sepenuhnya dari dunia adu otot tersebut.
"Sampai saat ini saya masih aktif di taekwondo, ''katanya. Hanya saja, dia tidak bisa aktif seperti masih jadi atlet taekwondo andalan Indonesia. Sebab, dia harus menjadi dokter di rumah sakit di Banyumas di Jawa Tengah (Jateng). Usai lulus dari kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Jokjakarta, dia mengabdikan diri di rumah sakit Banyumas.
Ika mengaku mengenal taekwondo ketika masih berada di bangku kelas 2 SMP 3 Lumajang. Dia mengenal taekwondo dari teman-temannya yang juga banyak yang aktif di taekwondo. Sayangnya, ketika hendak ikut taekwondo dia di larang ibunya, Musrifah. Ibunya menganggap taekwonodo hanya tepat untuk anak laki-laki saja.
Gara-gara larangan itu, akhirnya gadis kelahiran 3 Juli 1984 itu sempat aktif di ektrakulikuler menari di SMP 3 Lumajang. Karena didorong keinginan kuat, diam-diam tetap ikut taekwondo. " Saya takut di marahai Ibu sehingga saya tidak bilang ikut taekwondo," terangnya.
Ika mengaku harus pintar-pintar bagi waktu untuk berlatih taekwondo. Selain ikut tari, sepulang sekolah dia juga punya kewajiban menjaga toko kelontong di rumahnya. Sedangkan ibunya bekerja menjaga penimbangan gabah. Lama-lama aktifitasnya diketahui ibunya juga.
Namun, ibunya tidak marah. Sebab, Ika tetap bisa mengatur kegiatan belajar di sekolah dan ikut membantu menjaga toko. Karena tidak marah, akhirnya Ika lebih mendalami menggeluti taekwondo. "Mengetahui ibu tidak marah saya kian semangat berlatih," ujarnya.
Kemudian Ika ikut aktif berlatih di Klub Bhayangkara yang dipinpin Muhammad Yusuf yang kini mnjadi ketua Koni Lumajang. Dari klub tersebut, kemampuan Ika terasah. Kemudian dia diikutkan dalam beberapa kejuaraan nasional junior di Surabaya.
Kali pertama ikut, tidak mendapatkan medali Ika mengaku sempat menangis. "Ketika lihat ada yang dapat medali emas saya menangis. Saya juga ingin mndapatkan medali serupa.," terangnya. Karena itu, dia kian giat berlatih. Tahun 1999 Ika ikut pra PON namun kalah dengan seniornya.
Nah, ketika masih di klub Bhayangkara, bakat Ika tercium dari Jakarta. Kemudian Ika bersama Neta dan Agung mendapatkan tawaran untuk masuk SMA atlit di Ragunan Jakarta. Tapi, ketiganya harus menjalani seleksi bersama atlit lain di Indonesia. Beberapa hari, ketiganya menjalani seleksi kamp di Semarang.
Dalam seleksi itu, Ika bersama Neta dan Agung masuk Sekolah Ragunan. Selama sekolah di Ragunan, Ika mengaku sempat mewakili Jatim dalam PON, namun belum menyumbangkan mendali. Meski gagal terus, Ika tidak patah semangat,. Di tetap berlatih semangat di Ragunan.
Didukung iklim berlatih ketat di Ragunan, bakat Ika benar-benar muncul. Dalam kejuaraan taekwondo junior di Irlandia 2000 Ika berhasil menyumbagkan emas bagi kontingen Indonesia. '' Saya bersyukur sekali kerja keras saya akhirnya membuahkan hasil," ujarnya. Dia mengucapkan terima kasih seklai kepada orang-orang yang selalu memberikan motivasi. Salah satunya Muhammad Yusuf.
Tak hanya sukses di taekwondo, di sekolah Ika juga berhasil mendapatkan prestasi terbaik. Dia memngaku dorongan kedua orang tuanya banyak memompa semangat untuk selalu istiqomah dalam belajar di sekolah dan sebagai atlit. ''Sekolah di Ragunan sangat ketat," terangnya.
Selama di Ragunan sambungnya, dia berhasil mendapatkan banyak medali d tingkat nasional sampai internasional. Antara lain, Medali emas dalam world junior taekwondo championship III, Killarney, Ireland tahun 2000. Juara 3 taekwondo Korea Open, Chun Chon, Korea 2001. Juara 3 international taekwondo Korea Festival, Chung Cheong, Korea 2001.
Selain itu, juara 2 Korea Festival, Chung Cheong, Korea 2002. Masuk tim taekwondo Asia Championship XV Amman, Jordania 2002, World Championship XV, Jeju, Korea 2001, tim taekwondo SEA GAMES XXI Kualalumpur, Malaysia 2001. Tim taekwondo Korea Open III, Chun Chon, Korea, hingga tim taekwondo ASIAN GAMES XIV Busan 2002. Sedangkan banyak medali tingkat nasional yang berhasil diraihnya.
Usai lulus dari SMA Ragunan, dara pecinta film korea itu melanjutkan kuliah di fakultas kedokteran di UGM Jogjakarta. Meski kuliah di kedokteran,Ika tetap melajutkan aktifitas di taekwondo. Selama kuliah berbagai trofi diraihnya. Selain mewakili Jatim juga mewakil UGM.
Setelah beberapa tahun kuliah di kedokteran, Ika berhasil lulus jadi sarjana kedokteran.. Kini, Ika menjadi dokter muda di Rumah Sakit Banyumas. Dalam beberapa tahun lagi, dia akan menjadi dokter. Selanjutnya, dia bertekad ingin menjadi dokter spesialis kandungan.
"Saya bercita-cita jadi dokter ahli kandungan," terangnya. Meski jadi dokter dia tetap tak ingin meninggalkan aktifitas di taekwondo. Hanya saja, aktifitas taekwondonya tidak bisa dilakukan secara total seperti sebelumnya. Sebagai dokter, dia akan banyak dibutuhkan masyarakat. (jp)
Written by Abdullah
0 comments:
Post a Comment