Tuesday, June 28, 2011

Zat Rahasia China Untuk Hampir Segala Hal

Sebagian besar orang mung­kin kesulitan me­nunjuk­kan letak Mongolia Dalam, Jiangxi, atau Guangdong di peta. Padahal, banyak perangkat berteknologi tinggi yang kita andalkan—pon­sel, laptop, dan ratusan yang lain—tak mungkin ada tanpa sekelompok unsur langka yang ditambang, kadang secara ilegal, di ketiga wilayah itu dan wilayah lain di China.


Unsur tanah jarang, begitu sebutannya, se­benarnya lo­gam, dan sebenarnya tidak jarang; tetapi ter­sebar. Segenggam tanah di pekarangan Anda mungkin mengandung sedikit, barangkali be­berapa bagian per juta. Unsur tanah jarang yang paling jarang jumlahnya hampir 200 kali lipat emas. Namun, memang jarang ada endapan yang cukup banyak dan terkumpul sehingga layak ditambang.

Daftar benda yang mengandung logam tanah jarang sangat panjang. Magnet yang dibuat dengan logam ini jauh lebih kuat daripada magnet biasa dan lebih ringan; itulah salah satu sebabnya begitu banyak perangkat elektronik yang semakin kecil ukurannya. Logam tanah jarang juga penting bagi beragam mesin ramah lingkungan. Baterai dalam mobil Toyota Prius me­ngandung sekitar 10 kilogram unsur tanah jarang bernama lantanum; magnet dalam turbin angin besar dapat mengandung neodimium 260 kilogram atau lebih. Militer AS memerlukan lo­gam tanah jarang untuk kacamata malam (NVG), misil jelajah, dan senjata lain.

“Unsur-unsur itu ada di sekeliling kita,” kata Karl Gschneidner, ahli metalurgi. “Fosfor dalam televisi—war­na merahnya berasal dari unsur bernama euro­pium. Konverter katalitik di sistem pembuangan gas di mobil mengandung serium dan lantanum. Unsur-unsur ini tak kentara ke­cuali jika Anda sudah tahu, jadi sebagian besar orang tak per­nah mencemaskannya asalkan bisa terus membelinya.” Sekarang banyak orang merasa cemas.

China, yang memasok 97 persen kebutuhan logam tanah jarang dunia, mengguncang pa­sar global pada musim gugur 2010 ketika meng­hentikan pengiriman ke Jepang selama se­bulan saat terjadi perselisihan diplomatis. Se­lama dasawarsa berikut, China diperkirakan akan menurunkan ekspor logam tanah jarang secara bertahap, untuk melindungi persediaan bagi industrinya sendiri yang tumbuh pesat, yang kini mengonsumsi sekitar 60 persen logam tanah jarang di negara itu.

Kecemasan tentang kekurangan persediaan di masa depan memicu melambungnya harga. Disprosium, yang di­gunakan di hardisk komputer, kini harganya sekitar empat juta rupiah per kilogram, naik dari Rp1,4 juta delapan tahun yang lalu. Kebutuhan dunia mung­kin akan melebihi persediaan sebelum ak­hir 2011, ujar Mark A. Smith, presiden dan CEO di Molycorp, perusahaan Amerika yang tahun lalu membuka kembali tambang logam tanah jarang di California.

“Sekarang terjadi kekurangan persediaan, dan cukup parah,” kata Smith. “Tahun ini per­mintaannya 55.000 hingga 60.000 ton selain China, dan menurut perkiraan, negara itu akan mengekspor sekitar 24.000 ton bahan. Kita tidak akan kekurangan karena ada inventaris industri dan cadangan pemerintah.”

Permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda menurun. Pada 2015 industri-industri du­nia diramalkan akan mengonsumsi kira-kira 185.000 ton logam tanah jarang, lebih banyak 50 persen dari total tahun 2010. Jadi, dari mana negara lain memperoleh unsur-unsur yang men­jadi begitu penting bagi teknologi modern?

Meskipun China saat ini memonopoli pe­nambangan logam tanah jarang, negara lain juga me­miliki endapan. China memiliki 48 persen ca­dangan dunia, Amerika Serikat memiliki 13 persen. Rusia, Australia, dan Kanada juga memiliki endapan yang besar. Hingga 1980-an, Amerika Serikat memimpin dunia dalam pro­duksi logam tanah jarang, sebagian besar dari tambang California. “Ada masanya tambang ini memproduksi 20.000 ton per tahun ketika pasar­nya 30.000 ton,” kata Smith. “Jadi, waktu itu kami menguasai 60 persen lebih pasar dunia.”

Dominasi Amerika berakhir pada per­tengahan 1980-an. China, yang selama puluhan tahun mengembangkan teknologi untuk me­misahkan logam-logam tanah jarang (hal yang tak mudah dilakukan karena sifat kimianya mirip), memasuki pasar dunia dengan dahsyat. Dengan dukungan pemerintah, buruh murah, dan peraturan lingkungan yang longgar atau bahkan tak ada, industri logam tanah jarangnya memasang harga lebih murah daripada semua pesaing.

Tambang Mountain Pass di California ditutup pada 2002, dan Baotou, kota di Mongolia Dalam, menjadi ibu kota baru bagi logam tanah jarang di dunia. Tambang Baotou mengandung sekitar 80 persen logam tanah jarang China, menurut Chen Zhanheng, direktur divisi aka­demi Masyarakat Logam Tanah Jarang China di Beijing. Tetapi, Baotou membayar mahal untuk keunggulan itu. Sebagian produk yang paling berteknologi tinggi dan ramah lingkungan ter­nyata memiliki asal usul yang sangat kotor.

Tambang logam tanah jarang juga biasanya me­­ngandung unsur radioaktif, seperti ura­nium dan torium. Penduduk desa di dekat Bao­tou dilaporkan telah diungsikan karena air dan tanamannya tercemar oleh limbah tam­bang. Setiap tahun tambang di dekat Bao­tou memproduksi sekitar sepuluh juta ton air limbah, sebagian besar sangat asam atau radioaktif, dan hampir semuanya tidak diolah. Chen bersikeras bahwa pemerintah China telah berupaya membersihkan industri itu.

“Pemerintah sudah membuat peraturan ke­tat untuk melindungi lingkungan dan me­nyingkirkan teknik, peralatan, dan produk yang sudah kuno,” tulis Chen dalam email. “Pabrik yang tidak mampu melindungi lingkungan akan ditutup atau digabungkan dengan perusahaan yang lebih besar.”

Mungkin kelak pemerintah China dapat me­ng­atur industri tambang logam tanah ja­rang di sekitar Baotou. Tetapi, geng penjahat yang ganas mengoperasikan puluhan tambang logam tanah jarang yang mencemarkan—dan menguntungkan—di Provinsi Jiangxi dan Guangdong. Xinhua, agen berita resmi China, melaporkan bahwa pada 2008 penjahat menyelundupkan 20.000 ton logam tanah jarang dari negara itu, hampir sepertiga total ekspor logam tanah jarang tahun itu. Ponsel cerdas atau televisi Anda mungkin mengandung logam tanah jarang selundupan dari China selatan.

“Orang tidak mengerti betapa korupnya sis­tem di China, dengan orang partai setempat ber­komplot dengan penjahat secara besar-besaran,” ujar Alan Crawley, CEO di Pacific Ores Metals & Chemicals, perusahaan dagang di Hong Kong. Salah seorang rekannya dibunuh oleh gangster Guangdong 11 tahun silam.

Dunia kini tergopoh-gopoh mencari sumber pasokan lain; pengembangan tambang logam tanah jarang di AS, Australia, Rusia, dan negara lain mungkin akhirnya dapat menurunkan bis­nis penyelundupan. Molycorp berniat tahun ini memproduksi 3.000 sampai 5.000 ton logam ta­nah jarang dari bijih simpanan di tambang Mountain Pass. “Permintaan AS saat ini berkisar antara 15.000 dan 18.000 ton per tahun,” ujar Smith. “Secara teori, kelak Mountain Pass bisa saja membuat AS mandiri dalam hal logam tanah jarang.” Menurut Chen, dominasi China atas pasar saat ini tidak menguntungkan bagi negara itu sendiri dalam jangka panjang. “Situasi ini jelas tidak lestari,” katanya, “bagi industri logam tanah jarang China dan bagi industri teknologi-tinggi dunia.”

Copy Paste dari : http://nationalgeographic.co.id

0 comments:

Post a Comment