Sebagian besar orang mungkin kesulitan menunjukkan letak Mongolia Dalam, Jiangxi, atau Guangdong di peta. Padahal, banyak perangkat berteknologi tinggi yang kita andalkan—ponsel, laptop, dan ratusan yang lain—tak mungkin ada tanpa sekelompok unsur langka yang ditambang, kadang secara ilegal, di ketiga wilayah itu dan wilayah lain di China.
Unsur tanah jarang, begitu sebutannya, sebenarnya logam, dan sebenarnya tidak jarang; tetapi tersebar. Segenggam tanah di pekarangan Anda mungkin mengandung sedikit, barangkali beberapa bagian per juta. Unsur tanah jarang yang paling jarang jumlahnya hampir 200 kali lipat emas. Namun, memang jarang ada endapan yang cukup banyak dan terkumpul sehingga layak ditambang.
Daftar benda yang mengandung logam tanah jarang sangat panjang. Magnet yang dibuat dengan logam ini jauh lebih kuat daripada magnet biasa dan lebih ringan; itulah salah satu sebabnya begitu banyak perangkat elektronik yang semakin kecil ukurannya. Logam tanah jarang juga penting bagi beragam mesin ramah lingkungan. Baterai dalam mobil Toyota Prius mengandung sekitar 10 kilogram unsur tanah jarang bernama lantanum; magnet dalam turbin angin besar dapat mengandung neodimium 260 kilogram atau lebih. Militer AS memerlukan logam tanah jarang untuk kacamata malam (NVG), misil jelajah, dan senjata lain.
“Unsur-unsur itu ada di sekeliling kita,” kata Karl Gschneidner, ahli metalurgi. “Fosfor dalam televisi—warna merahnya berasal dari unsur bernama europium. Konverter katalitik di sistem pembuangan gas di mobil mengandung serium dan lantanum. Unsur-unsur ini tak kentara kecuali jika Anda sudah tahu, jadi sebagian besar orang tak pernah mencemaskannya asalkan bisa terus membelinya.” Sekarang banyak orang merasa cemas.
China, yang memasok 97 persen kebutuhan logam tanah jarang dunia, mengguncang pasar global pada musim gugur 2010 ketika menghentikan pengiriman ke Jepang selama sebulan saat terjadi perselisihan diplomatis. Selama dasawarsa berikut, China diperkirakan akan menurunkan ekspor logam tanah jarang secara bertahap, untuk melindungi persediaan bagi industrinya sendiri yang tumbuh pesat, yang kini mengonsumsi sekitar 60 persen logam tanah jarang di negara itu.
Kecemasan tentang kekurangan persediaan di masa depan memicu melambungnya harga. Disprosium, yang digunakan di hardisk komputer, kini harganya sekitar empat juta rupiah per kilogram, naik dari Rp1,4 juta delapan tahun yang lalu. Kebutuhan dunia mungkin akan melebihi persediaan sebelum akhir 2011, ujar Mark A. Smith, presiden dan CEO di Molycorp, perusahaan Amerika yang tahun lalu membuka kembali tambang logam tanah jarang di California.
“Sekarang terjadi kekurangan persediaan, dan cukup parah,” kata Smith. “Tahun ini permintaannya 55.000 hingga 60.000 ton selain China, dan menurut perkiraan, negara itu akan mengekspor sekitar 24.000 ton bahan. Kita tidak akan kekurangan karena ada inventaris industri dan cadangan pemerintah.”
Permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda menurun. Pada 2015 industri-industri dunia diramalkan akan mengonsumsi kira-kira 185.000 ton logam tanah jarang, lebih banyak 50 persen dari total tahun 2010. Jadi, dari mana negara lain memperoleh unsur-unsur yang menjadi begitu penting bagi teknologi modern?
Meskipun China saat ini memonopoli penambangan logam tanah jarang, negara lain juga memiliki endapan. China memiliki 48 persen cadangan dunia, Amerika Serikat memiliki 13 persen. Rusia, Australia, dan Kanada juga memiliki endapan yang besar. Hingga 1980-an, Amerika Serikat memimpin dunia dalam produksi logam tanah jarang, sebagian besar dari tambang California. “Ada masanya tambang ini memproduksi 20.000 ton per tahun ketika pasarnya 30.000 ton,” kata Smith. “Jadi, waktu itu kami menguasai 60 persen lebih pasar dunia.”
Dominasi Amerika berakhir pada pertengahan 1980-an. China, yang selama puluhan tahun mengembangkan teknologi untuk memisahkan logam-logam tanah jarang (hal yang tak mudah dilakukan karena sifat kimianya mirip), memasuki pasar dunia dengan dahsyat. Dengan dukungan pemerintah, buruh murah, dan peraturan lingkungan yang longgar atau bahkan tak ada, industri logam tanah jarangnya memasang harga lebih murah daripada semua pesaing.
Tambang Mountain Pass di California ditutup pada 2002, dan Baotou, kota di Mongolia Dalam, menjadi ibu kota baru bagi logam tanah jarang di dunia. Tambang Baotou mengandung sekitar 80 persen logam tanah jarang China, menurut Chen Zhanheng, direktur divisi akademi Masyarakat Logam Tanah Jarang China di Beijing. Tetapi, Baotou membayar mahal untuk keunggulan itu. Sebagian produk yang paling berteknologi tinggi dan ramah lingkungan ternyata memiliki asal usul yang sangat kotor.
Tambang logam tanah jarang juga biasanya mengandung unsur radioaktif, seperti uranium dan torium. Penduduk desa di dekat Baotou dilaporkan telah diungsikan karena air dan tanamannya tercemar oleh limbah tambang. Setiap tahun tambang di dekat Baotou memproduksi sekitar sepuluh juta ton air limbah, sebagian besar sangat asam atau radioaktif, dan hampir semuanya tidak diolah. Chen bersikeras bahwa pemerintah China telah berupaya membersihkan industri itu.
“Pemerintah sudah membuat peraturan ketat untuk melindungi lingkungan dan menyingkirkan teknik, peralatan, dan produk yang sudah kuno,” tulis Chen dalam email. “Pabrik yang tidak mampu melindungi lingkungan akan ditutup atau digabungkan dengan perusahaan yang lebih besar.”
Mungkin kelak pemerintah China dapat mengatur industri tambang logam tanah jarang di sekitar Baotou. Tetapi, geng penjahat yang ganas mengoperasikan puluhan tambang logam tanah jarang yang mencemarkan—dan menguntungkan—di Provinsi Jiangxi dan Guangdong. Xinhua, agen berita resmi China, melaporkan bahwa pada 2008 penjahat menyelundupkan 20.000 ton logam tanah jarang dari negara itu, hampir sepertiga total ekspor logam tanah jarang tahun itu. Ponsel cerdas atau televisi Anda mungkin mengandung logam tanah jarang selundupan dari China selatan.
“Orang tidak mengerti betapa korupnya sistem di China, dengan orang partai setempat berkomplot dengan penjahat secara besar-besaran,” ujar Alan Crawley, CEO di Pacific Ores Metals & Chemicals, perusahaan dagang di Hong Kong. Salah seorang rekannya dibunuh oleh gangster Guangdong 11 tahun silam.
Dunia kini tergopoh-gopoh mencari sumber pasokan lain; pengembangan tambang logam tanah jarang di AS, Australia, Rusia, dan negara lain mungkin akhirnya dapat menurunkan bisnis penyelundupan. Molycorp berniat tahun ini memproduksi 3.000 sampai 5.000 ton logam tanah jarang dari bijih simpanan di tambang Mountain Pass. “Permintaan AS saat ini berkisar antara 15.000 dan 18.000 ton per tahun,” ujar Smith. “Secara teori, kelak Mountain Pass bisa saja membuat AS mandiri dalam hal logam tanah jarang.” Menurut Chen, dominasi China atas pasar saat ini tidak menguntungkan bagi negara itu sendiri dalam jangka panjang. “Situasi ini jelas tidak lestari,” katanya, “bagi industri logam tanah jarang China dan bagi industri teknologi-tinggi dunia.”
Copy Paste dari : http://nationalgeographic.co.id
Unsur tanah jarang, begitu sebutannya, sebenarnya logam, dan sebenarnya tidak jarang; tetapi tersebar. Segenggam tanah di pekarangan Anda mungkin mengandung sedikit, barangkali beberapa bagian per juta. Unsur tanah jarang yang paling jarang jumlahnya hampir 200 kali lipat emas. Namun, memang jarang ada endapan yang cukup banyak dan terkumpul sehingga layak ditambang.
Daftar benda yang mengandung logam tanah jarang sangat panjang. Magnet yang dibuat dengan logam ini jauh lebih kuat daripada magnet biasa dan lebih ringan; itulah salah satu sebabnya begitu banyak perangkat elektronik yang semakin kecil ukurannya. Logam tanah jarang juga penting bagi beragam mesin ramah lingkungan. Baterai dalam mobil Toyota Prius mengandung sekitar 10 kilogram unsur tanah jarang bernama lantanum; magnet dalam turbin angin besar dapat mengandung neodimium 260 kilogram atau lebih. Militer AS memerlukan logam tanah jarang untuk kacamata malam (NVG), misil jelajah, dan senjata lain.
“Unsur-unsur itu ada di sekeliling kita,” kata Karl Gschneidner, ahli metalurgi. “Fosfor dalam televisi—warna merahnya berasal dari unsur bernama europium. Konverter katalitik di sistem pembuangan gas di mobil mengandung serium dan lantanum. Unsur-unsur ini tak kentara kecuali jika Anda sudah tahu, jadi sebagian besar orang tak pernah mencemaskannya asalkan bisa terus membelinya.” Sekarang banyak orang merasa cemas.
China, yang memasok 97 persen kebutuhan logam tanah jarang dunia, mengguncang pasar global pada musim gugur 2010 ketika menghentikan pengiriman ke Jepang selama sebulan saat terjadi perselisihan diplomatis. Selama dasawarsa berikut, China diperkirakan akan menurunkan ekspor logam tanah jarang secara bertahap, untuk melindungi persediaan bagi industrinya sendiri yang tumbuh pesat, yang kini mengonsumsi sekitar 60 persen logam tanah jarang di negara itu.
Kecemasan tentang kekurangan persediaan di masa depan memicu melambungnya harga. Disprosium, yang digunakan di hardisk komputer, kini harganya sekitar empat juta rupiah per kilogram, naik dari Rp1,4 juta delapan tahun yang lalu. Kebutuhan dunia mungkin akan melebihi persediaan sebelum akhir 2011, ujar Mark A. Smith, presiden dan CEO di Molycorp, perusahaan Amerika yang tahun lalu membuka kembali tambang logam tanah jarang di California.
“Sekarang terjadi kekurangan persediaan, dan cukup parah,” kata Smith. “Tahun ini permintaannya 55.000 hingga 60.000 ton selain China, dan menurut perkiraan, negara itu akan mengekspor sekitar 24.000 ton bahan. Kita tidak akan kekurangan karena ada inventaris industri dan cadangan pemerintah.”
Permintaan tidak menunjukkan tanda-tanda menurun. Pada 2015 industri-industri dunia diramalkan akan mengonsumsi kira-kira 185.000 ton logam tanah jarang, lebih banyak 50 persen dari total tahun 2010. Jadi, dari mana negara lain memperoleh unsur-unsur yang menjadi begitu penting bagi teknologi modern?
Meskipun China saat ini memonopoli penambangan logam tanah jarang, negara lain juga memiliki endapan. China memiliki 48 persen cadangan dunia, Amerika Serikat memiliki 13 persen. Rusia, Australia, dan Kanada juga memiliki endapan yang besar. Hingga 1980-an, Amerika Serikat memimpin dunia dalam produksi logam tanah jarang, sebagian besar dari tambang California. “Ada masanya tambang ini memproduksi 20.000 ton per tahun ketika pasarnya 30.000 ton,” kata Smith. “Jadi, waktu itu kami menguasai 60 persen lebih pasar dunia.”
Dominasi Amerika berakhir pada pertengahan 1980-an. China, yang selama puluhan tahun mengembangkan teknologi untuk memisahkan logam-logam tanah jarang (hal yang tak mudah dilakukan karena sifat kimianya mirip), memasuki pasar dunia dengan dahsyat. Dengan dukungan pemerintah, buruh murah, dan peraturan lingkungan yang longgar atau bahkan tak ada, industri logam tanah jarangnya memasang harga lebih murah daripada semua pesaing.
Tambang Mountain Pass di California ditutup pada 2002, dan Baotou, kota di Mongolia Dalam, menjadi ibu kota baru bagi logam tanah jarang di dunia. Tambang Baotou mengandung sekitar 80 persen logam tanah jarang China, menurut Chen Zhanheng, direktur divisi akademi Masyarakat Logam Tanah Jarang China di Beijing. Tetapi, Baotou membayar mahal untuk keunggulan itu. Sebagian produk yang paling berteknologi tinggi dan ramah lingkungan ternyata memiliki asal usul yang sangat kotor.
Tambang logam tanah jarang juga biasanya mengandung unsur radioaktif, seperti uranium dan torium. Penduduk desa di dekat Baotou dilaporkan telah diungsikan karena air dan tanamannya tercemar oleh limbah tambang. Setiap tahun tambang di dekat Baotou memproduksi sekitar sepuluh juta ton air limbah, sebagian besar sangat asam atau radioaktif, dan hampir semuanya tidak diolah. Chen bersikeras bahwa pemerintah China telah berupaya membersihkan industri itu.
“Pemerintah sudah membuat peraturan ketat untuk melindungi lingkungan dan menyingkirkan teknik, peralatan, dan produk yang sudah kuno,” tulis Chen dalam email. “Pabrik yang tidak mampu melindungi lingkungan akan ditutup atau digabungkan dengan perusahaan yang lebih besar.”
Mungkin kelak pemerintah China dapat mengatur industri tambang logam tanah jarang di sekitar Baotou. Tetapi, geng penjahat yang ganas mengoperasikan puluhan tambang logam tanah jarang yang mencemarkan—dan menguntungkan—di Provinsi Jiangxi dan Guangdong. Xinhua, agen berita resmi China, melaporkan bahwa pada 2008 penjahat menyelundupkan 20.000 ton logam tanah jarang dari negara itu, hampir sepertiga total ekspor logam tanah jarang tahun itu. Ponsel cerdas atau televisi Anda mungkin mengandung logam tanah jarang selundupan dari China selatan.
“Orang tidak mengerti betapa korupnya sistem di China, dengan orang partai setempat berkomplot dengan penjahat secara besar-besaran,” ujar Alan Crawley, CEO di Pacific Ores Metals & Chemicals, perusahaan dagang di Hong Kong. Salah seorang rekannya dibunuh oleh gangster Guangdong 11 tahun silam.
Dunia kini tergopoh-gopoh mencari sumber pasokan lain; pengembangan tambang logam tanah jarang di AS, Australia, Rusia, dan negara lain mungkin akhirnya dapat menurunkan bisnis penyelundupan. Molycorp berniat tahun ini memproduksi 3.000 sampai 5.000 ton logam tanah jarang dari bijih simpanan di tambang Mountain Pass. “Permintaan AS saat ini berkisar antara 15.000 dan 18.000 ton per tahun,” ujar Smith. “Secara teori, kelak Mountain Pass bisa saja membuat AS mandiri dalam hal logam tanah jarang.” Menurut Chen, dominasi China atas pasar saat ini tidak menguntungkan bagi negara itu sendiri dalam jangka panjang. “Situasi ini jelas tidak lestari,” katanya, “bagi industri logam tanah jarang China dan bagi industri teknologi-tinggi dunia.”
Copy Paste dari : http://nationalgeographic.co.id
0 comments:
Post a Comment